PELALAWAN – Tidak hanya setia mengabdi sebagai seorang guru di daerah pedalaman, ia juga aktif dan jadi sosok terdepan melakukan perubahan besar dalam dunia pendidikan, khususnya di Langgam, Kabupaten Pelalawan, Riau. Ironisnya, pengabdian dan andilnya itu tidak cukup mampu menunjang karir dan masa depannya sebagai pendidik.
Sosok guru tersebut adalah Suhemi, S.Pd.I. Sarjana pendidikan agama Islam satu ini memang begitu menjiwai profesi mulia yang ditekuninya itu. Berbilang tahun menjadi guru di pelosok pedesaan, tepatnya di Dusun III Tasik Indah Desa Segati Kecamatan Langgam, Pelalawan dengan segala keterbatasan dan pahit getirnya.
Toh, Suhemi tetap bertahan dan semangat dalam berbagi ilmu pengetahuan dan mendidik anak-anak tempatan untuk meraih masa depan yang lebih baik. Status guru honor dengan penghasilan minim tak mengurangi tekad dan semangatnya untuk mencerdaskan kehidupan masyarakat tempatan yang masa itu tergolong desa tertinggal.
Berkat kegigihan dan terobosannya pula, desa tempatnya mengabdi akhirnya memiliki sekolah setingkat SLTA guna menampung lulusan SMP di daerah setempat. Suhemi merupakan sosok inisiator atau perintis berdirinya Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di Dusun III Tasik Indah Desa Segati, yang kini bernama SMK Negeri 1 Langgam.
Sebagaimana penuturan Suhemi kepada awak media, baru-baru ini, awalnya ia adalah guru berstatus honor di SMP Negeri 5 yang berlokasi di Dusun Tasik Indah Desa Segati, tahun 2000-an silam. Selama beberapa tahun mengabdi, ia menyaksikan sendiri bagaimana sulit dan repotnya anak-anak setempat untuk melanjutkan pendidikan setelah lulus SMP. Pasalnya, di Desa Segati saat itu belum ada SMA atau yang sederajat.
Adapun SMA terdekat dari Dusun III Tasik Indah Desa Segati yakni SMAN Negeri 3 Langgam berjarak 25 Kilometer. Sementara bagi yang ingin melanjutkan ke SMK Negeri 1 Kecamatan Bandar Sei. Sikijang, yang berada di desa tetangga mesti menempuh perjalanan kurang lebih 60 kilometer.
Jarak kedua sekolah yang cukup jauh itu menjadi problem tersendiri bagi masyarakat Dusun III Tasik Indah yang umumnya menggantungkan hidup dari hasil perladangan dan sungai. Terutama bagi keluarga kalangan tak mampu, yang jumlahnya cukup banyak, tentu kesulitan membiayai anak-anak yang akan melanjutkan pendidikan.
“Alhasil, banyak anak tempatan tidak melanjutkan sekolah setelah lulus SMP. Karena orang tua tidak mampu untuk beli kendaraan sebagai transportasi atau menyewa kos untuk anak mereka di sekitar sekolah tujuan,”ungkap Suhemi.
Di samping itu, medan jalan yang cukup menantang dan berbahaya menuju ke sekolah, baik ke SMA Negeri 3 Langgam maupun ke SMK Negeri 1 Bandar Sei Sikijang juga kerap dikeluhkan oleh masyarakat Tasik Indah. Akses jalan ke kedua sekolah tersebut adalah melalui jalan koridor PT RAPP. Kondisi jalanan saat itu sering berlumpur di musim hujan dan berdebu pada musim kemarau.
“Yang membuat iba dan miris, terkadang anak-anak Dusun Tasik Indah yang berangkat dan pulang sekolah dengan sepeda motor, harus berhadapan dan berpacu dengan truk-truk besar pengangkut kayu milik PT RAPP yang lalu lalang. Hal ini membuat orang tua siswa kerap resah dan mengeluh, khawatir anak-anak mereka mengalami kecelakaan,” kenang Suhemi.
Bertolak dari kondisi tersebut, Suhemi merasa terpanggil dan tertantang untuk berbuat mengatasi problem yang dihadapi masyarakat dalam dunia pendidikan tersebut. Terlebih melihat antusias dan tingginya keinginan anak–anak Dusun Tasik Indah untuk melanjutkan pendidikan setelah lulus dari SMP. Ia pun menginisiasi pendirian SMK dan turun langsung memperjuangkannya.
Singkat cerita, awal 2008 silam, Suhemi memulai perjuangannya merintis pendirian SMK di Dusun III Tasik Indah Desa Segati, yang merupakan cikal bakal SMK Negeri 1 Langgam itu. Waktu luangnya selepas mengajar di sekolah, banyak dihabiskan untuk urusan pendirian SMK tersebut.
“Mula-mula saya dirikan Yayasan Tasik Indah yang bergerak di bidang pendidikan. Alhamdulillah, saya pun kemudian berhasil mendapatkan tanah hibah dari pihak desa, seluas kurang lebih 2 Ha yang diperuntukkan buat SMK yang akan didirikan tersebut,” paparnya.
Kendati sudah ada lahan yang berasal dari tanah hibah pihak desa, toh Suhemi bersama sejumlah rekan dan pemuka masyarakat setempat, tidak serta merta bisa memanfaatkan dan mendirikan bangunan sekolah di atasnya. Pasalnya, lahan tersebut dinyatakan masuk dalam konsesi HTI milik PT Siak Timber Raya.
Demi lahan itu bisa dimanfaatkan untuk pendirian SMK yang jadi impian, Suhemi pun rela mengorbankan waktu, tenaga dan biaya karena harus bolak balik Pekanbaru-Jakarta untuk mengurus pengajuan pelepasan status tanah tersebut. Pengurusannya juga ternyata tidak mudah, butuh perjuangan dan memakan waktu yang tidak singkat.
Namun, Suhemi tetap gigih dan pantang menyerah memperjuangkannya. Setelah melalui proses panjang sekira delapan tahun, dari 2008 hingga 2016, akhirnya jerih payah dan pengorbanan sang guru ini akhirnya membuahkan hasil. Permohonan pelepasan status tanah dari konsesi perusahaan itu disetujui oleh Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup pada tahun 2017.
“Setelah urusan lahan tuntas, saya bersama warga Dusun III Tasik Indah kemudian mulai bergotong royong mendirikan bangunan sekolah dari kayu dan papan seluas 6 meter x 25 meter, terdiri dari 3 kelas dan 1 ruangan majelis guru.
Pembangunan sekolah itu hingga selesai sepenuhnya secara swadaya,” terangnya.
Meski bangunan sekolah SMK itu sudah rampung, toh ternyata belum bisa langsung dipergunakan untuk proses belajar mengajar karena sejumlah ada persyaratan yang harus dipenuhi untuk pendirian dan operasional sebuah sekolah.
Lagi-lagi, Suhemi harus berjuang keras agar SMK yang didirikan secara swadaya itu bisa beroperasional. Kerja keras dan kegigihannya membuahkan hasil, selang kurang lebih 1 tahun kemudian atau pada 2018, pendirian sekolah yang diberi nama SMK Swasta Tasik Indah itu disetujui setelah semua proses perizinan persyaratan bisa dituntaskan. Ia sendiri dipercayai menjabat kepala sekolah.
Keberadaan SMK yang diinisiasi dan dipimpin Suhemi itu disambut dengan sukacita dan antusias oleh masyarakat tempatan. Anak-anak lulusan SMP di desa setempat bisa ditampung dan tidak ada lagi yang putus sekolah. Para orang tua tidak perlu lagi khawatir akan kelangsungan pendidikan anak-anaknya.
Dalam mengelola sekolah baru itu, Suhemi merekrut sebanyak 16 orang sarjana pendidikan dari berbagai disiplin ilmu untuk membantunya melaksanakan kegiatan belajar dan mengajar agar berjalan baik dan lancar. Walaupun dengan kondisi banyak keterbatasan, seperti bangunan sekolah yang berdinding papan tanpa loteng dengan lantai semen biasa, toh tak mengurangi semangat siswa maupun guru di SMK baru tersebut.
Perjuangan Suhemi tidak hanya sampai di situ. Pria enerjik dan ramah ini bertekad dan berupaya untuk meningkatkan status SMK yang dipimpinnya menjadi sekolah negeri agar bisa lebih berkembang. Selama proses ke arah itu, sekolah tetap melaksanakan aktifitas kegiatan belajar mengajar, termasuk menjadi kelas jauh SMK Negeri 1 Kecamatan Bandar Sei Sikijang.
Proses penegerian SMKS Tasik Indah itu juga tidak mudah dan memakan waktu cukup lama. Setelah berjuang lebih kurang empat tahun dan menghasilkan 3 angkatan, barulah pada 17 Oktober 2022 terbit surat keputusan persetujuan sekaligus pengesahan dari Gubernur Riau yang menetapkan SMKS Tasik Indah menjadi SMK Negeri 1 Langgam.
Seiring dengan itu, diangkat Puji Widianto Plt Kepala SMKN 1 Langgam.
Sementara Suhemi sendiri yang sebelumnya menjabat kepsek menjadi guru biasa dengan status guru honor daerah karena memang belum bersatus ASN. Saat itu, SMK ini memiliki siswa 90 orang, terdiri dari kelas 10 (2 rombongan belajar), kelas 11 (1 rombel, dan kelas 12 (3 rombel). Adapun jurusan yang ada yaitu Akuntansi, Teknik Komputer Jaringan, dan Teknik Sepeda Motor.
Sebagai ungkapan syukur dan terima kasih, Suhemi bersama pimpin sekolah dan pemuka masyarakat setempat juga memperjuangkan agar peresmian penegerian SMKS Tasik Indah dapat dilakukan langsung oleh Gubernur Riau masa itu, Syamsuar. Hajat itu pun terkabul, Gubri Syamsuar berkenan datang melakukan peresmian penegerian SMKN 1 Langgam yang berada di Jalan Pendidikan No 18 Desa Segati, Kecamatan Langgam, Sabtu 28 Januari 2023.
Kesuksesan Suhemi mewujudkan pendirian SMK Negeri di Desa Segati yang juga menjadi dambaan masyarakat tempatan, ternyata tidak demikian halnya dengan karirnya sebagai seorang guru.
Setelah gagal menjadi guru ASN (pegawai negeri), ia coba mengadu nasib dengan ikut seleksi guru PPPK (Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja).
Namun, apa hendak dikata, Suhemi tidak lolos seleksi guru PPPK di lingkungan Pemkab Pelalawan alias tersingkir tanpa ada kejelasan. Padahal, ia awalnya yakin dan optimis, dengan rekam jejak pengabdian dan kinerja yang baik selama jadi pendidik, akan mempengaruhi dan membuatnya lolos jadi guru PPPK. Tapi kenyataannya jauh panggang dari api.
Bila kemudian Suhemi merasa kecewa dan nelangsa tentu hal yang wajar dan bisa dimaklumi. Dengan tersingkirnya ia dalam seleksi guru PPPK, menunjukkan bahwa pengabdian dan jasa-jasa di dunia pendidikan selama ini seolah tidak berarti dan dipandang sama sekali. Sebagai guru yang sudah terbilang lama menekuni profesinya, ia pun juga punya keinginan dan hak untuk meningkatkan status dan eksistensinya.
“Saya berharap hendaknya ada perhatian dari Pemerintah Riau. Dalam pengangkatan baik guru ASN mapun PPPK semestinya memprioritaskan guru-guru yang sudah lama mengabdi, terutama di pelosok pedesaan, disamping juga punya andil atau jasa besar dalam dunia pendidikan di daerah tempatan. Semoga hal ini jadi atensi Pak Pj. Gubernur,” pungkas Suhemi mengakhiri penuturannya.* (ian)